IhyaUlumuddin. Tentu saja kitab Ihya tidak bisa kita lupakan sebagai salah satu kitab yang fenomenal dan menjadi panduan utama bagi para sufi. Mendengar Ihya Ulumuddin kita pasti teringat kepada sang Imam Ghazali, begitupula sebaliknya. K isah kisah unik, perjuangan dan pengorbanan para sufi dalam menapaki jalan menuju Allah SWT terangkum
Kisahini sangat populer diriwayatkan dalam banyak versi. Salah satunya diabadikan dalam kitab Taâriiful Ahyai bi fadhaailil Ihyaai (1987) karya Zainuddin Al-Iraqi. Dalam kitab tersebut Al-Iraqi juga menyatakan keunggulan Ihya Ulumuddin: âKitab tersebut termasuk kitab yang paling agung dalam persoalan pengetahuan halal dan haram.
Beberapakarya Kiai Sholeh dalam aksara Pegon yang terus direduplikasi hingga sekarang, antara lain: Kitab Munjiyat (petikan dari Ihya' Ulumuddin-nya Imam Ghazali), Kitabul Mahabah wal Mawaddah (terjemah kitab Burdah karya Imam Busyiri) dan Matan Al-Hikam (terjemah kitab Al-Hikam karya Syekh Athoillah al-Askandari) serta beberapa karya
KITABIHYA ULUMUDDIN Imam al Ghazali. Friday, November 5, 2010. Jilid 01. Malah oleh Al-Ghazali sendiri menerangkan dalam kitab yang kedua itu, bahwa maksudnya menulis kitab yang pertama tadi ialah mengumpulkan lebih dahulu bahan-bahan untuk para pembaca, yang nantinya akan dikritiknya satu persatu dalam kitab yang kedua.
Terjemahandari kitab asal 'Mau'izhatul Mu'minin' dari kitab terkenal Ihya' Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali. Disusun dengan kemas dan teliti serta disemak oleh ahli-ahli panel yang berwibawa dari pelbagai bidang agama. Mengandungi 34 bab sebagai bimbingan seisi keluarga seperti Rahsia Zakat, Halal Haram, Amar Makruf dan lain-lain. ISI KANDUNGAN :
K0Wq. Rasulullah pernah mendatangi seorang sahabat yang sedang menghadapi sakaratul maut. Beliau bertanya âBagaimana engkau melihat dirimu saat ini?â âAku mengkhawatirkan dosa-dosaku dan mengharap rahmat Tuhankuâ kata sahabat tersebut. Lalu Rasulullah bersabda, âTidaklah rasa takut dan harapan berkumpul di hati seorang mukmin, kecuali Allah memberi apa yang diharapkan dan membuatnya aman dari apa yang ditakutkannyaâ. Kisah yang dikutip oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin ini membahas suasana psiklogis ketika berdoâa kepada Allah. Sifat Rajaâ atau berharap kepada Allah, disertai rasa takut taqwa adalah sikap batin yang tepat ketika menjalin hubungan dengan Yang Mahakuasa. Kitab Ihya lebih menekankan pada kondisi-kondisi kejiwaan, daripada teknis ritual. Misalnya tentang iman. Iman itu bukan sekedar kepercayaan yang tertanam dalam hati, tetapi juga harus memiliki implikasi pada perbuatan. Seorang sahabat Rasul berkata, âKami tak menganggap keimanan sempurna ketika orang tak bersabar atas derita yang menimpanya. Di balik kesabaran menghadapi sesuatu, tersimpan kesempurnaan imanâ. Ihya Ulumuddin lebih fokus bicara tentang psikologi ibadah. Cakupannya luas, meliputi hal ihwal manusia, agama, Tuhan, dan lingkup sosial. Saking lengkapnya kitab ini, Imam Nawawi al Bantani menyebutnya sebaga buku induk keagamaan. âAndai saja semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya Ihya Ulumuddin, maka ia sudah menggantikan semua kitab yang hilang itu,â katanya. Sayid Kutub al-Habib Abdullah al-Haddad menyebut kitab ini sebagai pengobar spirit kehidupan. âDengan kitab Ihya Ulumuddin hiduplah hati kita dan hilanglah kesusahan dan kesukaranâ. Secara umum Ihya Ulumuddin membahas kaidah dan prinsip penyucian jiwa Tazkiyatun Nafs. Kitab ini tidak berfokus pada fikih dan diskursus halal haram, tetapi langsung pada pembahasan puncak mengenai hal ihwal manusia dan Allah. Soal salat, zakat, puasa, dan haji, misalnya, tidak dibahas Imam al-Ghazali tentang hukum dan syariatnya, tetapi bicara tentang substansi dan hikmahnya. Maka judulnya jadi ârahasia salatâ, ârahasia zakatâ, ârahasia puasaâ, dan ârahasia hajiâ. Sebagai kitab tasawuf, di sini segala sesuatu ditinjau dari kedalaman substansinya, mulai keyakinan tauhid, ibadah, hingga akhlak. Alih-alih bicara fikih parsial, kitab ini justru membahas inti keberagamaan. Beberapa hal yang mendapat sorotan penting adalah tentang penyakit hati, pengobatannya, dan cara menyehatkan hati. Dari semua kitab al-Ghazali, Ihya adalah yang paling masyhur. Ihya Ulumuddin, yang artinya menghidupkan ilmu-ilmu agama, dibuat untuk nguri-nguri ilmu agama yang mengalami penurunan gradual pada setiap zaman. Namun kitab yang diresensi ini bukanlah Ihya Ulumuddin versi lengkap. Ini hanya Ikhtisar atau ringkasannya. Aslinya, Ihya Ulumuddin sangat tebal, terdiri dari empat bagian besar rubuâ, dan di setiap rubuâ terdiri dari 10 bab. Versi terjemahnya ada yang dicetak hingga 12 jilid. Secara umum bab-bab itu berisi ilmu yang terbagi dua, yaitu ilmu muamalah terapan dan kedua ilmu mukasyafah pengetahuan. Semua bab itu dirangkum dalam Ikhtisar Ihyaâ Ulumuddin yang diterbitkan Wali Pustaka dalam 1 buku setebal 660 halaman. Kitab ini sangat mencerahkan dan membuka mata batin untuk menerima hakikat ubudiyah. Dengan reputasi Imam Ghazali sebagai Hujjatul Islam, kitab ini hanya sedikit tandingannya yang membahas tasawuf substantif secara komprehensif. Bila ada kritik, narasi dalam kitab ini masih lemah pada sanad hadis-hadisnya. Tak heran, kitab ini pernah menjadi obyek kajian para muhaddis untuk melakukan kajian terhadap hadis-hadis yang terdapat di dalamnya, baik dari ulama terdahulu maupun ulama kontemporer. Hadis-hadis tersebut ditahrij ulang dan memang banyak yang lemah dari segi sanadnya. Imam Ghazali bernama asli Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafiâi 1054-1111 H. Ulama besar bermazhab syafiâi ini hanya hidup selama 53 tahun, namun karya-karyanya menjadi literasi induk yang dirujuk banyak kitab hingga kini. Gelar âal-Ghazaliâ yang secara harfiyah artinya kambing, didapatnya dari ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu domba, dan kebetulan juga ia berasal dari dusun Ghazalah di Thus, Khurasan, Persia kini Iran. Judul Ikhtisar Ihyaâ Ulumuddin Penulis Imam al-Ghazali Genre Spiritual Islam Edisi Cet 1, Januari 2020 Tebal 684 halaman Penerbit Wali Pustaka ISBN 978-602-7325-25-3
Syeikhul Kabir Al-Imam Ali bin Harzahim Al-Maghribi yang dikenal dengan Ibnu Harzahim adalah seorang ulama besar di Maroko yang hidup sezaman dengan Imam Abul Hasan Asy-Syadzili. Imam Ibnu Harzahim ini awalnya sangat membenci kitab Ihya Ulumuddin milik Imam Ghazali. Di puncak kebenciannya, beliau memerintahkan semua penduduk mengumpulkan kitab Ihya yang dimilikinya untuk dibakar di depan masjid jami selepas shalat Jum' malam sebelum beliau melakukan aksinya itu, pada tidurnya beliau bermimpi bertemu Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam beserta Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khattab, serta seorang bercahaya yang tidak lain adalah Imam Ghazali. Setelah Imam Ghazali mengadukan kebencian Imam Harzahim kepada kitabnya, Nabi lalu meminta kitab Ihya kepada Imam Ghazali. Lembar per lembar beliau membacanya dan menyatakan bahwa kitab Ihya adalah benar. Begitu juga komentar dari kedua Nabi memerintahkan agar Imam Harzahim dicambuk sebagai hukuman atas kebencian serta makarnya yang akan membakar kitab Ihya. Ketika beliau bangun, beliau mendapati punggungnya menghitam akibat bekas cambukan dan masih merasakan sakit akibat cambukan tersebut. Dari sana kemudian beliau bertaubat serta mencintai kitab Ihya hingga akhir hayatnya. Imam Abul Hasan Asy-Syadzili yang ikut memandikan beliau saat wafatnya, telah bersumpah bahwa bekas cambukan itu masih Hamisy Ihya Ulumuddin juz 1 hal. 10-13 karya Habib Abdul Qadir bin Syeikh Alaydrus qs Kitab Jami Karamatul Aulya juz 1 hal. 180-181 karya Syeikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani qs Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad. Allahumma shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad abdika wa Rasulika Nabiyil Ummiyi wa 'ala alihi wa shahbihi wa ini berisi ajaran tentang Adab, ibadah, tauhid, akidah dan tasawuf yang sangat mendalam. Kitab ini merupakan hasil perenungan yang mendalam dari Imam Ghazali tentang berbagai hal, khususnya tentang pensucian hati. Seorang ulama besar lainnya al-Imam an-Nawawi pernah berkata âJika semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya kitab Ihyaâ Ulumuddin maka ia mencukupi semua kitab yang hilang itu.âMutiara Hikmah Imam GhazaliKita tidak akan sanggup mengekang amarah dan hawa nafsu secara keseluruhan hingga tidak meninggalkan bekas apapun dalam diri kita. Namun jika mencoba untuk mengendalikan keduanya dengan cara latihan dan kesungguhan yang kuat dengan bantuan dan dukungan seorang Musryid, tentu kita akan bisa. Tanpa Mursyid maka mursyidmu adalah setan. Sifat utama pemimpin ialah beradab dan mulia hati. Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan. Imam Al Ghazali ra.Nasihat itu mudah. Yang sulit adalah menerimanya. Karena, ia keluar dari mulut yang tidak biasa merasakan pahitnya nasihat. Sesungguhnya siapa yang menerima ilmu tetapi tidak mengamalkannya, maka pertanggungjawabannya akan lebih besar. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, âOrang yang paling berat azabnya pada hari kiamat kelak adalah orang berilmu alim; ulama yang tidak memanfaatkan ilmunya.â Imam al-Ghazali raRasulullah saw bersabda, âOrang cerdas ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan orang bodoh ialah siapa yang memperturut hawa nafsunya dan selalu berangan-angan akan mendapatkan ampunan Allah.â Imam al-Ghazali ra.Sejak mayat diletakkan di atas peti jenazah hingga diletakkan di bibir kubur, Allah melontarkan 40 pertanyaan dengan segala Keagungan-Nya. Demi Allah, pertanyaan pertama yang Dia ajukan adalah "Hamba-Ku, telah Kusucikan pandangan makhluk bertahun-tahun, tetapi mengapa tak kau sucikan pandangan-Ku sesaat pun, padahal setiap hari Aku melihat ke kedalaman hatimu. Mengapa kau berbuat demi selain-Ku, padahal engkau bergelimang dengan segala kebaikan-Ku, apakah engkau telah tuli dan tak mendengar! Imam al-Ghazali ra. Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Kaâbah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram Facebook.
kisah dalam kitab ihya ulumuddin